Hai sob dan salam pramuka, kali ini
saya akan membahas mengenai tkk pramuka dengan islam. Langsung kita mulai saja
yang pertama adalah TKK Menabung
Untuk
mencapai Tingkat Purwa , seorang Pramuka harus :
1.
Telah
mencapai SKK Penabung untuk Siaga.
2.
Seluruh
atau sebagian uang yang ditabung dalam buku tabungannya adalah uang yang
diperoleh dari hasil usahanya sendiri.
3.
Dapat
membantu mengurus administrasi buku-buku Tabungan Pramuka di Perindukan Siaga
atau Pasukan Penggalang.
Untuk mencapai Tingkat Madya, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Penabung Tingkat Purwa.
2.
Dapat
menjelaskan kepada Pramuka lain cara menabung dalam bank lewat Tabanas, Buku
tabungan Pramuka atau buku Tabungan Pelajar.
3.
Dapat
menjelaskan kepada Pramuka lain perbedaan antara menabung di celengan dan
menabung di Bank lewat Tabanas, buku Tabungan Pramuka atau buku Tabungan
Pelajar.
Untuk mencapai
Tingkat Utama, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Penabung Tingkat Madya.
2.
Dapat
merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan suatu sandiwara kecil atau ceramah
tentang menabung untuk para Pramuka atau orang lain.
3.
Mengerti
istilah yang biasa digunakan dalam perbankkan, misalnya : rekening giro,
rekening deposito, sertifikat bank, cheque, traveler cheque dan lain-lain.
Itu adalah gambaran gimana cara kaka
dan adik – adik bisa mendapatkan tkk Menabung Dalam ajaran Islam,
konsep menabung ini dapat dicermati dari ayat al-Qur’an dan al-Hadis yang baik
secara tersurat maupun tersirat menganjurkan menabung, sebagaimana ayat-ayat
dan hadis-hadis berikut:
1. QS. Al Isra' (17) ayat 29:
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” Pemahaman bahwa ayat ini secara tersurat menganjurkan untuk bersikap tidak pelit yang menyebabkan seseorang menjadi tercela karena kepelitannya dan anjuran untuk tidak boros yang menyebabkan seseorang menjadi menyesal karena keborosannya tersebut. Fokus pada tidak boros mempunyai pengertian sederhana sebagai anjuran untuk menyisihkan sebagian harta untuk digunakan bagi keperluan masa depan (menabung).
2. QS. Al Isra' (17) ayat 27:
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Ayat ini menguatkan ayat di atas, bahwa boros adalah suatu perbuatan yang sangat dilarang dengan menyamakan para pemboros sebagai saudara setan. Mengikuti bisikan setan saja dilarang, apalagi menjadi saudara (sekutu) setan.
3. QS. Al Furqaan (25) ayat 67:
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Ayat ini dapat dipahami mempunyai pengertian yang sama dengan redaksi yang berbeda dengan QS. Al Isra' (17) ayat 29 di atas.
4. Hadits Riwayat Bukhari: “...Rasulullah saw pernah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpannya untuk perbekalan setahun buat keluarga...” Hadits ini secara tersurat bahwa Nabi Muhammad saw pernah melakukan menabung.
5. Hadits Riwayat Bukhari: “Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” Hadits ini menguatkan hadits pada nomor empat di atas dengan secara tegas Nabi Muhammad saw menganjurkan untuk menabung. Berarti jika kaka dan adik – adik telah mendapatkan tkk ini dan terus menabung maka kalian telah mengikuti sabda nabi Muhammad SAW
1. QS. Al Isra' (17) ayat 29:
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” Pemahaman bahwa ayat ini secara tersurat menganjurkan untuk bersikap tidak pelit yang menyebabkan seseorang menjadi tercela karena kepelitannya dan anjuran untuk tidak boros yang menyebabkan seseorang menjadi menyesal karena keborosannya tersebut. Fokus pada tidak boros mempunyai pengertian sederhana sebagai anjuran untuk menyisihkan sebagian harta untuk digunakan bagi keperluan masa depan (menabung).
2. QS. Al Isra' (17) ayat 27:
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Ayat ini menguatkan ayat di atas, bahwa boros adalah suatu perbuatan yang sangat dilarang dengan menyamakan para pemboros sebagai saudara setan. Mengikuti bisikan setan saja dilarang, apalagi menjadi saudara (sekutu) setan.
3. QS. Al Furqaan (25) ayat 67:
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Ayat ini dapat dipahami mempunyai pengertian yang sama dengan redaksi yang berbeda dengan QS. Al Isra' (17) ayat 29 di atas.
4. Hadits Riwayat Bukhari: “...Rasulullah saw pernah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpannya untuk perbekalan setahun buat keluarga...” Hadits ini secara tersurat bahwa Nabi Muhammad saw pernah melakukan menabung.
5. Hadits Riwayat Bukhari: “Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” Hadits ini menguatkan hadits pada nomor empat di atas dengan secara tegas Nabi Muhammad saw menganjurkan untuk menabung. Berarti jika kaka dan adik – adik telah mendapatkan tkk ini dan terus menabung maka kalian telah mengikuti sabda nabi Muhammad SAW
2. TKK Menjahit
Untuk mencapai Tingkat
Purwa, seorang Pramuka harus :
1.
Dapat
minisik kain yang robek memanjang, berlubang ( kena robek ). Sobek menyudut (
seperti mulut katak ) dan menambal kain koyak.
2.
Dapat
menjahit pakaian anak-anak / bayi, atau dapat menjahit pakaian dalam / olahraga/renang
untuk diri sendiri.
3.
1.
Mengerti bagian-bagian mesin jahit ( tangan/kaki ) dan memeliharanya,
atau 2. Mengambil ukuran badan.
4.
Mengerti
atau dapat membuat zoom biasa dan zoom pinggiran ( open zoom ).
Untuk mencapai
Tingkat Madya, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Menjahit Tingkat Purwa.
2.
Dapat
menjahit hem / rok uniformnya sendiri.
3.
1. Mengerti
dan dapat memperbaiki kerusakan-kerusakan ringan/kecil mesin jahit ( tanga /
kaki ) dan atau 2. Membuat
pola dasar.
4.
Mengerti
dan dapat membuat jahitan sarung dan setik balik.
Untuk mencapai
Tingkat Utama, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Menjahit Tingkat Madya.
2.
Dapat menjahit
celana panjang ( pantaloon, slack dll ) untuk sendiri.
3.
Dapat
membuat hiasan dikain pakaian misalnya aplikasi, lipatan hias ( smock )
dll.
4.
Dapat
memotong dan menjahit pakaian untuk wanita / pria / anak.
Tadi itu adalah cara untuk
mendapatkan tkk menjahit. Ternyata ada loh kisah nabi yang sangat pandai
menjahit yaitu nabi Idris as orang pertama yang mengerti ilmu nujum dan ahli
perhitungan, dan orang pertama yang menjahit pakaian dan memakai jarum. Apabila
menjahit, dalam setiap tusukan jarum dia bertasbih kepada Allah. Apabila lupa,
jahitannya yang tidak disertai dengan tasbih kepada Allah dia udar kembali. Dia
adalah orang yang tidak mau makan kecuali dari hasil usahanya. Dia suka
menjahit milik orang dengan mendapatkan upah dan dia adalah orang yang pertama
membuat takaran.
3. TKK Juru Kebun
Untuk mencapai Tingkat Purwa, seorang Pramuka harus:
1.
Mengenal sedikitnya 5 jenis tanaman
hias, 5 jenis tanaman buah-buahan, dan 5 jenis tanaman sayur-sayuran.
2.
Dapat membuat dan menggunakan pupuk
kompos.
3.
Mengenal sedikitnya 3 macam hama dan
penyakit tanaman dan tahu cara pencegahan dan pemberantasannya.
4.
Telah menanam dan memelihara
sedikitnya 1 jenis tanaman hias, 1 jenis tanaman buah-buahan, atau satu jenis
tanaman sayur-sayuran sampai berbunga, sampai berbuah, sampai dipanen, atau
sampai sedikitnya 3 bulan.
Untuk mencapai Tingkat Madya,
seorang Pramuka harus:
1.
Telah memenuhi SKK Juru Kebun Tingkat
Purwa.
2.
Mengenal bermacam obat-obatan
pencegahan dan pemberantasan hama, dan dapat menggunakannya.
3.
Mengenal berbagai macam pupuk dan
dapat menggunakan.
4.
Dapat menyemaikan, mencangkok, dan
mengokulasi tanaman.
5.
Dapat memangkas tanaman supaya
menghasilkan buah lebih banyak.
Untuk mencapai Tingkat Utama,
seorang Pramuka harus:
1.
Telah memenuhi SKK Juru Kebun
Tingkat Madya.
2.
Tahu arti dan pentingnya bibit
unggul, dan tahu dimana mendapatkannya.
3.
Tahu cara memperoleh kredit untuk
produksi pertanian.
4.
Menyelenggarakan sekedar, usaha
perkebunan, disertai penata bukuan teknis dan komersial seperlunya.
Tadi itu adalah cara untuk mendapatkan tkk juru kebun di dala islam pun ada anjuran untuk berkebung
dan ada hadist nya
hadits
yang diriwayatkan Anas Rodhiyallohu ‘Anhu dari Rasulullah Shollallohu
‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَ فِي يَدِ أَحَدِكُمْ
فَسِيْلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ تَقُوْمَ حَتَّى يَغْرِسَهَا
فَلْيَغْرِسْهَا
“Sekiranya
hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang diantara kalian
ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka
hendaklah dia menanamnya.”(HR. Imam Ahmad 3/183, 184, 191, Imam Ath-Thayalisi no.2078,
Imam Bukhari di kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 479 dan Ibnul Arabi di kitabnya
Al-Mu’jam 1/21 dari hadits Hisyam bin Yazid dari AnasRodhiyallohu ‘Anhu)
Saya
katakan: “Begitulah usaha bercocok tanam masih diperlukan sampai akhir zaman
walaupun sebentar lagi orang yang menanam tersebut meninggal termasuk ketika
hari kiamat hendak terjadi. Meskipun penanam tanaman tersebut tidak sempat
menikmatinya. Kita tentu masih ingat pepohonan yang sudah besar dan berbuah,
sebagiannya adalah ditanam oleh orang-orang yang telah meninggal. Meskipun
orang-orang tersebut sudah meninggalkan dunia yang fana ini, tetapi manfaat
dari pohon yang mereka tanam masih dapat kita nikmati.
Apabila mereka muslim maka mereka akan mendapat pahala selama pohon tersebut berproduksi bahkan sampai hari kiamat sebagaimana hadits:
Apabila mereka muslim maka mereka akan mendapat pahala selama pohon tersebut berproduksi bahkan sampai hari kiamat sebagaimana hadits:
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ
مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى
يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu
dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah
baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim
hadits no.1552(10))
Selanjutnya
Syaikh Al-Albani rohimahulloh membawakan dua hadits lagi yaitu
yang diriwatkan oleh Abu Dawud Al-Anshari dengan sanad yang shahih, dia
berkata: : “Abdullah bin Salam Rodhiyallohu ‘Anhu berkata
kepadaku:
إِنْ سَمِعْتَ بِالدَّجَالِ قَدْ خَرَجَ وَ
أَنْتَ عَلَى وَدِيَّةٍ تَغْرِسُهَا, فَلاَ تَجْعَلْ أَنْ تُصْلِحَهُ, فَإِنَّ
لِلنَّاسِ بَعْدَ ذَلِكَ عَيْشًا
“Jika engkau mendengar bahwa Dajjal telah keluar sedangkan kamu
sedang menanam bibit kurma maka janganlah kamu tergesa-gesa untuk
memperbaikinya, karena masih ada kehidupan setelah itu bagi manusia.”
Ibnu Jarir rohimahulloh meriwayatkan sebuah
hadits yang berasal dari Ammaroh bin Khuzaimah bin Tsabit, yang berkata: “Saya
mendengar Umar Bin Al-Khaththab Rodhiyallohu ‘Anhu berkata
kepada ayahku: ‘Apa yang menghalangimu untuk menanami tanahmu? Ayah saya menjawab:
‘Saya sudah tua dan besok akan mati.’ Kemudian Umar berkata: ‘Aku benar-benar
menghimbaumu agar engkau mau menanaminya.’ Sungguh aku melihat Umar bin
Khaththab menanam bersama ayahku dengan tangannya.” Begitulah di Al-Jami’al
Al-kabir karya Imam As-Suyuti.
5. TKK Pengatur Ruang / Rumah
Untuk mencapai
Tingkat Purwa, seorang Pramuka harus :
1.
Dapat
mengatur isi dan menghias suatu ruangan secara sederhana, tetapi berseni
(artistic), dengan memperhatikan komposisi, bentuk dan warna ruangan tamu,
ruang tidur, ruang belajar, ruang makan, ruang tunggu atau ruang lainnya.
2.
Dapat
membuat sedikitnya dua macam hiasan sederhana dari barang-barang yang ada
disekitarnya, misalnya dengan menggunakan bunga kebun, kertas, batu,
buah-buahan, tanaman, dahan atau bahan lainnya.
3.
Mengerti
cara mengatur lampu penerangan dan peredaran udara (ventilasi).
Untuk mencapai
Tingkat Madya, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Pengatur Rumah Tingkat Purwa.
2.
Dapat mengatur dan
menghias ruangan untuk : # Rapat, pertemuan atau konferensi. # Perayaan sekolah,
kampung, masjid, atau gereja dan lainnya. # Ruang istirahat, ruang
rekreasi atau operation room dan lainnya.
3.
Dapat
menyusun bunga untuk meja tamu, pesta, kematian, atau penghargaan pada orang
lain dan lain-lain atau Dapat membuat sedikitnya 3 macam benda hiasan, misalnya
: dengan menggunakan bamboo, tempayan, janur, tempurung, sabut atau kayu dan
lainnya.
4.
Telah
malatih sedikitnya seorang Pramuka, sehingga mencapai TKK Pengatur Rumah
Tingkat Purwa.
Untuk mencapai
Tingkat Utama, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Pengatur Rumah Tingkat Madya.
2.
Dapat
mengatur dan menghias : 1). Ruang tamu pada peralatan perkawinan
atau khitanan. 2). Ruang pengantin atau khitanan. 3).
Kursi mempelai atau panggung. Dengan memperhatikan keadaan ruang, jumlah
undangan, jalan untuk tamu, dan pembawa konsumsi, tempat pidato, tempat
pertunjukkan kesenian dan lain-lain.
3.
Dapat
memelihara dan membersihkan perabot rumah tangga, supaya tahan lama, kelihatan
tetap baru misalnya : meja kursi, patung, barang dari logam, dari gelas atau
kaca dan lain-lain.
4.
Dapat
mengatur dan merubah ruangan pameran (etalage) sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan saat ini, misalnya : pada peringatan 17 Agustus, pada hari ulang
tahun, peringatan Natal, hari Raya Idul Fitri, dan lain-lain.
Tadi itu adalah cara untuk
mendapatkan tkk mengatur rumah dan di bawah ini adalah hadist nya
Disebutkan dalam hadits bahwa kesederhanaan adalah bagian dari iman. Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
أَلَا تَسْمَعُونَ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيمَانِ، إِنَّ
الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيمَانِ
“Dengarkanlah sesungguhnya kesederhanaan sebagian dari iman,
sesungguhnya kesederhanaan sebagian dari iman.“ (Shahih, HR. Abu Dawud)
Bila seseorang senantiasa berusaha melengkapi peralatan yang
sifatnya bermewah-mewahan, maka hal ini menjadi cerminan akan kecintaannya
dengan kehidupan dunia, yang lalai dengan tujuannya, karena kemewahan itu akan
membuatnya lupa tujuan, timbullah saling merendahkan antar sesama, sifat ujub,
sombong dan angkuhpun mengikutinya.
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan keadaan manusia yang
lalai dengan tujuannya untuk apa dia diciptakan di dunia ini dengan firman-Nya:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ. حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ. كَلا
سَوْفَ تَعْلَمُونَ. ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ. كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ
الْيَقِينِ. لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ.
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. janganlah
begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat
neraka Jahiim, dan Sesungguhnya
kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada
hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At Takaatsur: 1-8)
Maka sebagai seorang muslim kita harus selalu mengingat tujuan
kita di dunia ini, yaitu menjadikan dunia ini sebagai ladang amal bukan
untuk hidup selama-lamanya, supaya tidak terombang-ambing dengan keadaan
apalagi sampai menjadikan orang-orang kafir sebagai tauladan. Kita harus
memiliki karakteristik muslim dengan senantiasa mengikuti petunjuk agama kita,
baik dalam gaya hidup, sifat, dan yang lainnya dalam segala aspek
kehidupan.
Sebuah Kenyataan atau Khurafat?
Terjadi pada sebagian tempat, masyarakat memiliki keyakinan
sebaiknya rumah tidak menghadap ke timur atau ke barat, tapi menghadap ke
selatan atau ke utara. Mereka berkeyakinan, jika rumah itu menghadap ke timur
atau barat akan terjadi dengan apa yang diistilahkan dengan bahasa jawa “ora
becik, seret rejekine“ yaitu tidak bagus, susah rezekinya.
Apakah ini keyakinan yang benar atau sekedar khurafat? Lantas Bagaimana
tinjauan syari’at Islam terhadap hal tersebut?
Jawab :
Hal tersebut bukan merupakan keyakinan yang benar, melainkan
khurafat dan kerjaan para dukun yang sedang menawarkan dagangan mereka untuk
mencari uang.
Adapun ditinjau dari kaca mata syariat, hal itu menyelisihi ajaran
Islam yang mengajarkan pemeluknya untuk meyakini bahwasanya hanya
Allah subhanahu wa ta’ala satu-satu Dzat yang mampu untuk memberi manfaat
dan menolak mudharat kepada hamba-hamba-Nya. Begitu pula masalah rezeki dan
lain sebagainya.
Demikian juga hal tersebut seakan-akan mereka mengetahui hal yang
ghaib (tersembunyi), karena keyakinan mereka bahwasanya posisi rumah yang
demikian akan menyulitkan datangnya rezeki atau yang lainnya, dimana tidak ada
yang mengetahui hal yang ghaib kecuali Allah k saja .
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُهُمْ وَلا
يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat
kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. adalah
orang-orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Rabbnya. (Al-Furqaan: 55)
Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ
“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka
itu.” (Ali-Imran:
128)
Nabi n saja ditiadakan pengetahuan tentang hal-hal yang
ghaib, lantas bagaimana dengan yang lainnya?
Allah k berfirman memerintahkan kepada nabi-Nya:
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا
اللَّهُ
“Katakanlah: “tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”.” (An-Naml: 65)
Sesajen dari manakah hal itu?
Kita dapati pula adat sebagian penduduk setelah menaikkan kayu
atas rumah atau istilah Jawa (wuwungan), mereka memberi sesajen berupa
seikat gabah, setandan pisang, selembar kain (merah-putih) dan lain
sebagainya dengan anggapan hal tersebut akan memberi barokah sebuah rumah atau
sebagai penghormatan terhadap penunggu desa tersebut . Benarkah perbuatan ini
menurut syari’at Islam?
Jawab :
Tidak benar, dan hal ini bukan dari tuntunan agama Islam,
karena dalam agama Islam tidak mengajarkan hal-hal tersebut. Kalau
seandainya hal itu benar, tentunya sudah dicontohkan oleh Nabi kita n,
supaya dicontoh oleh umatnya. Ini adalah budaya-budaya non muslim yang diserap
oleh kaum muslimin yang jauh dari agamanya, lalu mereka mengikutinya, dan
kemudian oleh sebagian para dukun dibumbui dengan perkara-perkara mistis untuk
menakut-nakuti seorang muslim yang imannya lemah, sehingga terjatuhlah mereka
dalam kesyirikan.
Dari sisi lain, disebutkan dalam hadits bahwa makanan saudara kita
dari bangsa jin adalah tulang–belulang yang disebut padanya nama Allah l ketika
menyembelih, bukan seperti yang mereka sangka dan mereka lakukan itu dengan
mempersembahkan sesajen-sesajen kepada para syaitan. Karena ini adalah
perbuatan syirik yang diharamkan dalam agama Islam.
Dari Abdullah bin Mas’ud a bahwasanya Nabi shalallahu alaihi
wasallam bersabda:
قَدِمَ وَفْدُ الْجِنِّ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا
: يَا مُحَمَّدُ انْهَ أُمَّتَكَ أَنْ يَسْتَنْجُوا بِعَظْمٍ أَوْ رَوْثَةٍ أَوْ
حُمَمَةٍ ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَعَلَ لَنَا فِيهَا رِزْقًا. قَالَ
فَنَهَى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم
“Datang utusan dari jin kepada Rasulullah n lalu
berkata: “Wahai Muhammad! laranglah umatmu dari beristinja’ (membersihkan
kotoran) dengan tulang dan kotoran hewan atau arang kayu (dan sesuatu yang
telah terbakar dari kayu atau tulang) karena Allahl menjadikannya rejeki (makanan) untuk kami”. Lalu berkata (Abdullah Ibnu Mas’ud): “Maka
Nabi n melarangnya.“ (Shahih, HR. Abu Dawud, Baihaqi, dll)
عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ مَسْعُودٍ هَلْ صَحِبَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ مِنْكُمْ
أَحَدٌ فَقَالَ مَا صَحِبَهُ مِنَّا أَحَدٌ وَلَكِنَّا قَدْ فَقَدْنَاهُ ذَاتَ
لَيْلَةٍ فَقُلْنَا اغْتِيلَ اسْتُطِيرَ مَا فَعَلَ قَالَ فَبِتْنَا بِشَرِّ
لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا كَانَ فِي وَجْهِ الصُّبْحِ أَوْ قَالَ فِي
السَّحَرِ إِذَا نَحْنُ بِهِ يَجِيءُ مِنْ قِبَلِ حِرَاءَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَذَكَرُوا الَّذِي كَانُوا فِيهِ فَقَالَ إِنَّهُ أَتَانِي دَاعِي
الْجِنِّ فَأَتَيْتُهُمْ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمْ قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا
فَأَرَانِي آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ قَالَ قَالَ ابْنُ أَبِي
زَائِدَةَ قَالَ عَامِرٌ فَسَأَلُوهُ لَيْلَتَئِذٍ الزَّادَ وَكَانُوا مِنْ جِنِّ
الْجَزِيرَةِ فَقَالَ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِي
أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا كَانَ عَلَيْهِ لَحْمًا وَكُلُّ بَعْرَةٍ أَوْ رَوْثَةٍ
عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ فَلَا تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا زَادُ
إِخْوَانِكُمْ مِنْ الْجِنِّ
“Dari Alqomah a berkata: “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud a, apakah ada dari kalian yang
menemani Rasulullah n pada malam jin (pembacaan
Al-Qur’an kepada jin), dia menjawab: “Tidak menemaninya seseorang dari
kami, akan tetapi kami kehilangan beliau pada suatu malam, kamipun
berseru: “Beliau hilang dan lenyap, apa yang beliau kerjakan?”. Maka kamipun
tidur dengan sejelek-jelek malam, yang bermalam padanya suatu kaum.
Ketika pagi hari tiba atau pada waktu sahur, serentak beliau mendatangi
kami dari arah Gua Hira .
Kami berseru: “Ya Rasulullah..!“ Lalu
menyebutkan kisah mereka.
Lantas beliau n menjawab: “Mendatangiku da’i
dari jin, lalu akupun menemui mereka dan menbacakan untuk mereka
Al-Qur’an.”Kemudian beliau mengajak kami dan menunjukkan bekas-bekas mereka dan
bekas api mereka.
Berkata Ibnu Abi Zaidah dari ‘Amir: “Mereka meminta Rasululloh n bekal dan mereka para jin
dari Jazirah.”
Lalu beliau n berkata: “Untuk kalian
setiap tulang yang disebut padanya nama Allah, (tulang tersebut) akan penuh
dengan daging apabila sudah ditangan kalian, dan setiap kotoran hewan itu
akan menjadi makanan untuk hewan kalian.
Maka janganlah kalian beristinja’ dengan keduanya karena keduanya
itu adalah bekal untuk saudara kalian dari para jin.” (HR. Ahmad, Baihaqi,
dll. Berkata Asy-Syaikh Syuaib
Al-Arnaud Al-Hindiy: ”Sanadnya shahih dengan syarat Muslim, para
perawinya adalah perawi shahihain, selain Dawud bin Abi Hindi,
perawinya Imam Muslim.“)
Dengan demikian, masihkah kita sebagai seorang muslim
percaya dengan hal-hal tersebut yang tidak jelas asal muasalnyadan dari mana datangnya,
melainkan hanya ucapan: “Katanya dan katanya, atau
kata orang tua dulu.” Lebih tua orang tua mereka atau Nabi kita?
Bangunlah dari tidur kalian wahai
kaum muslimin, pelajari agama
kalian dan tinggalkanlah
budaya-budaya kesyirikan ini.
7. TKK Pengaman Kampung
Untuk mencapai
Tingkat Purwa, seorang Pramuka harus :
1.
Dapat
membuat kentogan dan menerangkan kepada masyarakat sedikitnya tentang
pentingnya kentongan sebagai tanda-tanda bahaya, berikut tanda-tandanya.
2.
Membantu
dan sedikitnya tiga kali melakukan ronda malam di kampung / desanya.
Untuk mencapai
Tingkat Madya, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Pengamanan Kampung / Desa Tingkat Purwa.
2.
Telah
membuat laporan atau melaporkan suatu peristiwa tindak Pidana yang terjadi di
kampung / desanya kepada yang berwajib.
3.
Pernah
membantu tugas keamanan dalam upacara, keramaian, pesta, atau di masjid yang
merada di kampung / desanya.
4.
Mengamankan
tempat atau lokasi kejadian untuk barang-barang bukti.
Untuk mencapai
Tingkat Utama, seorang Pramuka harus :
1.
Telah
memenuhi SKK Pengaman Kampung / Desa Tingkat Madya.
2.
Pernah
menjalankan latihan olahraga beladiri.
3.
Mengenal
pokok-pokok tentang menjalankan penyelidikan dengan sidik jari.
4.
Mengetahui
perbedaan tugas pokok polisi, jaksa, dan hakim.
5.
Pernah
membuat sket tentang suatu kejadian / peristiwa tindak pidana.
Tadi itu adalah cara untuk
mendapatkan tkk pengamana kampong
PENTINGNYA
STABILITAS KEAMANAN DALAM ISLAM
Oleh
Syaikh Dr Muhammad Musa Alu Nashr
Syaikh Dr Muhammad Musa Alu Nashr
Stabilitas
keamanan sangat erat hubungannya dengan keimanan. Ketika keimanan lenyap,
niscaya keamanan akan tergoncang. Dua unsur ini saling mendukung. Allah Azza wa
Jalla berfirman.
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ
مُهْتَدُونَ
“Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan dengan kezhaliman,
mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan, dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk” [al-An’am/6 : 82]
Allah
Azza wa Jalla memberikan jaminan kepada orang yang mengimani bahwa Allah adalah
Rabbnya. Islam adalah agamanya dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah nabiNya. Allah Azza wa Jalla memberikan jaminan akan memelihara keamanan
serta keimanannya dan menetapkan hidayah baginya. Mereka itulah, insan-insan
yang memperoleh keamanan serta mendapatkan hidayah dariNya.
Bagaimana
mungkin seorang muslim dapat melaksanakan amalan sesuai dengan tuntunan
petunjuk, jika ia merasa takut. Begitu pentingnya, sampai-sampai Nabi Ibrahim
Alaihissallam memohon kepada Allah curahan keamanan sebelum meminta kemudahan
rizki. Sebab orang yang didera rasa takut, tidak akan bisa menikmati lezatnya
makan dan minum. Allah Azza wa Jalla menceritakan permohonan Nabi Ibrahim
Alaihissallam dalam firman-Nya.
وَإِذْ
قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ
الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri
aman sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang
beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.[al-Baqarah/2 : 126]
Secara
eksplisit, beliau mendahulukan permohonan keamanan daripada permohonan rizki.
Dari sini, generasi Salaf telah memaklumi betapa mahal nilai keamanan.
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar telah memberikan anugerah besar
kepada bangsa Arab, (yaitu) dengan menjadikan tanah mereka sebagai tanah haram
(suci), membebaskan mereka dari rasa ketakutan, memberi makan mereka dari
kelaparan. Allah Azza wa Jalla berfirman.
فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ﴿٣﴾الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ
خَوْفٍ
“Maka
hendaklah mereka menyembah Rabb pemilik rumah ini (Ka’bah) yang telah memberi
makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan”. [Quraisy/106 : 3-4]
Orang-orang
yang meneriakan slogan untuk mewujudkan keamanan tanpa mengusung nilai-nilai
Islam, tidak akan berhasil. Stabilitas keamanan hanya akan tercipta dengan
kembali ke syari’at Islam, menegakkan hukum-hukum Islam dan mengaplikasikan
etika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam
sebuah ayat, Allah menjanjikan orang-orang yang beriman -yang mengamalkan
Kitabullah dan Sunnah Rasulullah- untuk menggantikan rasa takut mereka dengan
curahan rasa aman. Ingatlah janji Allah pasti terlaksana.
Allah
Azza wa Jalla berfirman.
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ
وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia akan menjadikan mereka berkuasa dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang diridhaiNya untuk
mereka dan Dia benar-benar akan mengganti (keadaan) mereka sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada
mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. [an-Nur/24 :
55]