Senin, 01 Agustus 2016

tkk dan islam

Hai sob dan salam pramuka, kali ini saya akan membahas mengenai tkk pramuka dengan islam. Langsung kita mulai saja yang pertama adalah TKK Menabung

Untuk mencapai Tingkat Purwa , seorang Pramuka harus :
1.                  Telah mencapai SKK Penabung untuk Siaga.
2.                  Seluruh atau sebagian uang yang ditabung dalam buku tabungannya adalah uang yang diperoleh dari hasil usahanya sendiri.
3.                  Dapat membantu mengurus administrasi buku-buku Tabungan Pramuka di Perindukan Siaga atau Pasukan Penggalang.  
Untuk mencapai Tingkat Madya, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Penabung Tingkat Purwa.
2.                  Dapat menjelaskan kepada Pramuka lain cara menabung dalam bank lewat Tabanas, Buku tabungan Pramuka atau buku Tabungan Pelajar. 
3.                  Dapat menjelaskan kepada Pramuka lain perbedaan antara menabung di celengan dan menabung di Bank lewat Tabanas, buku Tabungan Pramuka atau buku Tabungan Pelajar. 
Untuk mencapai Tingkat Utama, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Penabung Tingkat Madya. 
2.                  Dapat merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan suatu sandiwara kecil atau ceramah tentang menabung untuk para Pramuka atau orang lain. 
3.                  Mengerti istilah yang biasa digunakan dalam perbankkan, misalnya : rekening giro, rekening deposito, sertifikat bank, cheque, traveler cheque dan lain-lain.
Itu adalah gambaran gimana cara kaka dan adik – adik bisa mendapatkan tkk Menabung Dalam ajaran Islam, konsep menabung ini dapat dicermati dari ayat al-Qur’an dan al-Hadis yang baik secara tersurat maupun tersirat menganjurkan menabung, sebagaimana ayat-ayat dan hadis-hadis berikut:
1. QS. Al Isra' (17) ayat 29: 
"Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (pelit) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (boros) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” Pemahaman bahwa ayat ini secara tersurat menganjurkan untuk bersikap tidak pelit yang menyebabkan seseorang menjadi tercela karena kepelitannya dan anjuran untuk tidak boros yang menyebabkan seseorang menjadi menyesal karena keborosannya tersebut. Fokus pada tidak boros mempunyai pengertian sederhana sebagai anjuran untuk menyisihkan sebagian harta untuk digunakan bagi keperluan masa depan (menabung).
2. QS. Al Isra' (17) ayat 27:
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Ayat ini menguatkan ayat di atas, bahwa boros adalah suatu perbuatan yang sangat dilarang dengan menyamakan para pemboros sebagai saudara setan. Mengikuti bisikan setan saja dilarang, apalagi menjadi saudara (sekutu) setan.
3. QS. Al Furqaan (25) ayat 67: 
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” 
Ayat ini dapat dipahami mempunyai pengertian yang sama dengan redaksi yang berbeda dengan QS. Al Isra' (17) ayat 29 di atas.
4. Hadits Riwayat Bukhari: “...Rasulullah saw pernah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpannya untuk perbekalan setahun buat keluarga...” Hadits ini secara tersurat bahwa Nabi Muhammad saw pernah melakukan menabung.
5. Hadits Riwayat Bukhari: “Simpanlah sebagian dari harta kamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.” Hadits ini menguatkan hadits pada nomor empat di atas dengan secara tegas Nabi Muhammad saw menganjurkan untuk menabung. Berarti jika kaka dan adik – adik telah mendapatkan tkk ini dan terus menabung maka kalian telah mengikuti sabda nabi Muhammad SAW


2. TKK Menjahit 

Untuk mencapai Tingkat Purwa, seorang Pramuka harus : 
1.                  Dapat minisik kain yang robek memanjang, berlubang ( kena robek ). Sobek menyudut ( seperti mulut katak ) dan menambal kain koyak. 
2.                  Dapat menjahit pakaian anak-anak / bayi, atau dapat menjahit pakaian dalam / olahraga/renang untuk diri sendiri. 
3.                  1. Mengerti bagian-bagian mesin jahit ( tangan/kaki ) dan memeliharanya, atau 2. Mengambil ukuran badan. 
4.                  Mengerti atau dapat membuat zoom biasa dan zoom pinggiran ( open zoom ). 
Untuk mencapai Tingkat Madya, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Menjahit Tingkat Purwa. 
2.                  Dapat menjahit hem / rok uniformnya sendiri. 
3.                  1.   Mengerti dan dapat memperbaiki kerusakan-kerusakan ringan/kecil mesin jahit ( tanga / kaki ) dan atau 2.   Membuat pola dasar. 
4.                  Mengerti dan dapat membuat jahitan sarung dan setik balik. 
Untuk mencapai Tingkat Utama, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Menjahit Tingkat Madya. 
2.                  Dapat menjahit celana panjang ( pantaloon, slack dll ) untuk sendiri. 
3.                  Dapat membuat hiasan dikain pakaian misalnya aplikasi, lipatan hias ( smock ) dll. 
4.                  Dapat memotong dan menjahit pakaian untuk wanita / pria / anak.

Tadi itu adalah cara untuk mendapatkan tkk menjahit. Ternyata ada loh kisah nabi yang sangat pandai menjahit yaitu nabi Idris as orang pertama yang mengerti ilmu nujum dan ahli perhitungan, dan orang pertama yang menjahit pakaian dan memakai jarum. Apabila menjahit, dalam setiap tusukan jarum dia bertasbih kepada Allah. Apabila lupa, jahitannya yang tidak disertai dengan tasbih kepada Allah dia udar kembali. Dia adalah orang yang tidak mau makan kecuali dari hasil usahanya. Dia suka menjahit milik orang dengan mendapatkan upah dan dia adalah orang yang pertama membuat takaran.

3. TKK Juru Kebun 


Untuk mencapai Tingkat Purwa, seorang Pramuka harus: 
1.                  Mengenal sedikitnya 5 jenis tanaman hias, 5 jenis tanaman buah-buahan, dan 5 jenis tanaman sayur-sayuran.
2.                  Dapat membuat dan menggunakan pupuk kompos.  
3.                  Mengenal sedikitnya 3 macam hama dan penyakit tanaman dan tahu cara pencegahan dan pemberantasannya. 
4.                  Telah menanam dan memelihara sedikitnya 1 jenis tanaman hias, 1 jenis tanaman buah-buahan, atau satu jenis tanaman sayur-sayuran sampai berbunga, sampai berbuah, sampai dipanen, atau sampai sedikitnya 3 bulan. 
Untuk mencapai Tingkat Madya, seorang Pramuka harus: 
1.                  Telah memenuhi SKK Juru Kebun Tingkat Purwa.
2.                  Mengenal bermacam obat-obatan pencegahan dan pemberantasan hama, dan dapat menggunakannya.
3.                  Mengenal berbagai macam pupuk dan dapat menggunakan.
4.                  Dapat menyemaikan, mencangkok, dan mengokulasi tanaman.
5.                  Dapat memangkas tanaman supaya menghasilkan buah lebih banyak. 
Untuk mencapai Tingkat Utama, seorang Pramuka harus: 
1.                  Telah memenuhi SKK Juru Kebun Tingkat Madya.
2.                  Tahu arti dan pentingnya bibit unggul, dan tahu dimana mendapatkannya. 
3.                  Tahu cara memperoleh kredit untuk produksi pertanian.
4.                  Menyelenggarakan sekedar, usaha perkebunan, disertai penata bukuan teknis dan komersial seperlunya.
Tadi itu adalah cara untuk mendapatkan tkk juru kebun  di dala islam pun ada anjuran untuk berkebung dan ada hadist nya
 hadits yang diriwayatkan Anas Rodhiyallohu ‘Anhu dari Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَ فِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيْلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لاَ تَقُوْمَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
“Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang diantara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi kiamat maka hendaklah dia menanamnya.”(HR. Imam Ahmad 3/183, 184, 191, Imam Ath-Thayalisi no.2078, Imam Bukhari di kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 479 dan Ibnul Arabi di kitabnya Al-Mu’jam 1/21 dari hadits Hisyam bin Yazid dari AnasRodhiyallohu ‘Anhu)
Saya katakan: “Begitulah usaha bercocok tanam masih diperlukan sampai akhir zaman walaupun sebentar lagi orang yang menanam tersebut meninggal termasuk ketika hari kiamat hendak terjadi. Meskipun penanam tanaman tersebut tidak sempat menikmatinya. Kita tentu masih ingat pepohonan yang sudah besar dan berbuah, sebagiannya adalah ditanam oleh orang-orang yang telah meninggal. Meskipun orang-orang tersebut sudah meninggalkan dunia yang fana ini, tetapi manfaat dari pohon yang mereka tanam masih dapat kita nikmati.
Apabila mereka muslim maka mereka akan mendapat pahala selama pohon tersebut berproduksi bahkan sampai hari kiamat sebagaimana hadits:
فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Imam Muslim hadits no.1552(10))
Selanjutnya Syaikh Al-Albani rohimahulloh membawakan dua hadits lagi yaitu yang diriwatkan oleh Abu Dawud Al-Anshari dengan sanad yang shahih, dia berkata: : “Abdullah bin Salam Rodhiyallohu ‘Anhu berkata kepadaku:
إِنْ سَمِعْتَ بِالدَّجَالِ قَدْ خَرَجَ وَ أَنْتَ عَلَى وَدِيَّةٍ تَغْرِسُهَا, فَلاَ تَجْعَلْ أَنْ تُصْلِحَهُ, فَإِنَّ لِلنَّاسِ بَعْدَ ذَلِكَ عَيْشًا
“Jika engkau mendengar bahwa Dajjal telah keluar sedangkan kamu sedang menanam bibit kurma maka janganlah kamu tergesa-gesa untuk memperbaikinya, karena masih ada kehidupan setelah itu bagi manusia.”
Ibnu Jarir rohimahulloh meriwayatkan sebuah hadits yang berasal dari Ammaroh bin Khuzaimah bin Tsabit, yang berkata: Saya mendengar Umar Bin Al-Khaththab Rodhiyallohu ‘Anhu berkata kepada ayahku: ‘Apa yang menghalangimu untuk menanami tanahmu? Ayah saya menjawab: ‘Saya sudah tua dan besok akan mati.’ Kemudian Umar berkata: ‘Aku benar-benar menghimbaumu agar engkau mau menanaminya.’ Sungguh aku melihat Umar bin Khaththab menanam bersama ayahku dengan tangannya.” Begitulah di Al-Jami’al Al-kabir karya Imam As-Suyuti.



5. TKK Pengatur Ruang / Rumah 

Untuk mencapai Tingkat Purwa, seorang Pramuka harus : 
1.                  Dapat mengatur isi dan menghias suatu ruangan secara sederhana, tetapi berseni (artistic), dengan memperhatikan komposisi, bentuk dan warna ruangan tamu, ruang tidur, ruang belajar, ruang makan, ruang tunggu atau ruang lainnya. 
2.                  Dapat membuat sedikitnya dua macam hiasan sederhana dari barang-barang yang ada disekitarnya, misalnya dengan menggunakan bunga kebun, kertas, batu, buah-buahan, tanaman, dahan atau bahan lainnya. 
3.                  Mengerti cara mengatur lampu penerangan dan peredaran udara (ventilasi). 
Untuk mencapai Tingkat Madya, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Pengatur Rumah Tingkat Purwa. 
2.                  Dapat mengatur dan menghias ruangan untuk : # Rapat, pertemuan atau konferensi. # Perayaan sekolah, kampung, masjid, atau gereja dan lainnya. # Ruang istirahat, ruang rekreasi atau operation room dan lainnya. 
3.                  Dapat menyusun bunga untuk meja tamu, pesta, kematian, atau penghargaan pada orang lain dan lain-lain atau Dapat membuat sedikitnya 3 macam benda hiasan, misalnya : dengan menggunakan bamboo, tempayan, janur, tempurung, sabut atau kayu dan lainnya. 
4.                  Telah malatih sedikitnya seorang Pramuka, sehingga mencapai TKK Pengatur Rumah Tingkat Purwa. 
Untuk mencapai Tingkat Utama, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Pengatur Rumah Tingkat Madya. 
2.                  Dapat mengatur dan menghias : 1).  Ruang tamu pada peralatan perkawinan atau khitanan. 2). Ruang pengantin atau khitanan.  3). Kursi mempelai atau panggung. Dengan memperhatikan keadaan ruang, jumlah undangan, jalan untuk tamu, dan pembawa konsumsi, tempat pidato, tempat pertunjukkan kesenian dan lain-lain. 
3.                  Dapat memelihara dan membersihkan perabot rumah tangga, supaya tahan lama, kelihatan tetap baru misalnya : meja kursi, patung, barang dari logam, dari gelas atau kaca dan lain-lain. 
4.                  Dapat mengatur dan merubah ruangan pameran (etalage) sesuai dengan keadaan dan kebutuhan saat ini, misalnya : pada peringatan 17 Agustus, pada hari ulang tahun, peringatan Natal, hari Raya Idul Fitri, dan lain-lain.

Tadi itu adalah cara untuk mendapatkan tkk mengatur rumah dan di bawah ini adalah hadist nya

Disebutkan dalam hadits bahwa kesederhanaan adalah bagian dari iman. Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
أَلَا تَسْمَعُونَ إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيمَانِ، إِنَّ الْبَذَاذَةَ مِنَ الْإِيمَانِ
“Dengarkanlah sesungguhnya kesederhanaan sebagian dari iman, sesungguhnya kesederhanaan sebagian dari iman.“ (Shahih, HR. Abu Dawud)

Bila seseorang senantiasa berusaha melengkapi peralatan yang sifatnya bermewah-mewahan, maka hal ini menjadi cerminan akan kecintaannya dengan kehidupan dunia, yang lalai dengan tujuannya, karena kemewahan itu akan membuatnya lupa tujuan, timbullah saling merendahkan antar sesama, sifat ujub, sombong dan angkuhpun mengikutinya.

Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan keadaan manusia yang lalai dengan tujuannya untuk apa dia diciptakan di dunia ini dengan firman-Nya:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ. حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ. كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ. ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ. كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ. لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ. ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ. ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
 “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (At Takaatsur: 1-8)

Maka sebagai seorang muslim kita harus selalu mengingat tujuan kita di dunia ini,  yaitu menjadikan dunia ini sebagai ladang amal bukan untuk hidup selama-lamanya, supaya tidak terombang-ambing dengan keadaan apalagi sampai menjadikan orang-orang kafir sebagai tauladan.  Kita harus memiliki karakteristik muslim dengan senantiasa mengikuti petunjuk agama kita, baik dalam gaya hidup,  sifat, dan yang lainnya dalam segala aspek kehidupan.

Sebuah Kenyataan atau Khurafat?
Terjadi pada sebagian tempat,  masyarakat memiliki keyakinan sebaiknya rumah tidak menghadap ke timur atau ke barat,  tapi menghadap ke selatan atau ke utara. Mereka berkeyakinan, jika rumah itu menghadap ke timur atau barat akan terjadi dengan apa yang diistilahkan dengan bahasa jawa “ora becik,  seret rejekine“  yaitu tidak bagus, susah rezekinya. Apakah ini keyakinan yang benar atau sekedar khurafat? Lantas Bagaimana tinjauan syari’at Islam terhadap hal tersebut?
Jawab :
Hal tersebut bukan merupakan keyakinan yang benar, melainkan khurafat dan kerjaan para dukun yang sedang menawarkan dagangan mereka untuk mencari uang.
Adapun ditinjau dari kaca mata syariat, hal itu menyelisihi ajaran Islam yang mengajarkan pemeluknya untuk meyakini bahwasanya hanya Allah subhanahu wa ta’ala satu-satu Dzat yang mampu untuk memberi manfaat dan menolak mudharat kepada hamba-hamba-Nya. Begitu pula masalah rezeki dan lain sebagainya.
Demikian juga hal tersebut seakan-akan mereka mengetahui hal yang ghaib (tersembunyi), karena keyakinan mereka bahwasanya posisi rumah yang demikian akan menyulitkan datangnya rezeki atau yang lainnya, dimana tidak ada yang mengetahui hal yang ghaib kecuali Allah k saja .
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُهُمْ وَلا يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. adalah orang-orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Rabbnya. (Al-Furqaan: 55)
Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ
 “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu.” (Ali-Imran: 128)

Nabi n saja ditiadakan pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib,  lantas bagaimana dengan yang lainnya?
Allah k berfirman memerintahkan kepada nabi-Nya:
قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ
“Katakanlah: “tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”.” (An-Naml: 65)

Sesajen dari manakah hal itu?
Kita dapati pula adat sebagian penduduk setelah menaikkan kayu atas rumah atau istilah Jawa (wuwungan), mereka  memberi sesajen berupa seikat gabah,  setandan pisang,  selembar kain (merah-putih) dan lain sebagainya dengan anggapan hal tersebut akan memberi barokah sebuah rumah atau sebagai penghormatan terhadap penunggu desa tersebut . Benarkah perbuatan ini menurut syari’at Islam?
Jawab :
Tidak benar,  dan hal ini bukan dari tuntunan agama Islam, karena dalam agama Islam tidak mengajarkan hal-hal tersebut.  Kalau seandainya hal itu benar,  tentunya sudah dicontohkan oleh Nabi kita n, supaya dicontoh oleh umatnya. Ini adalah budaya-budaya non muslim yang diserap oleh kaum muslimin yang jauh dari agamanya,  lalu mereka mengikutinya, dan kemudian oleh sebagian para dukun dibumbui dengan perkara-perkara mistis untuk menakut-nakuti seorang muslim yang imannya lemah, sehingga terjatuhlah mereka dalam kesyirikan.
Dari sisi lain, disebutkan dalam hadits bahwa makanan saudara kita dari bangsa jin adalah tulang–belulang yang disebut padanya nama Allah l ketika menyembelih, bukan seperti yang mereka sangka dan mereka lakukan itu dengan mempersembahkan sesajen-sesajen kepada para syaitan. Karena ini adalah perbuatan syirik yang diharamkan dalam agama Islam.
Dari Abdullah bin Mas’ud a bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
قَدِمَ وَفْدُ الْجِنِّ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالُوا : يَا مُحَمَّدُ انْهَ أُمَّتَكَ أَنْ يَسْتَنْجُوا بِعَظْمٍ أَوْ رَوْثَةٍ أَوْ حُمَمَةٍ ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَعَلَ لَنَا فِيهَا رِزْقًا. قَالَ فَنَهَى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم
 “Datang utusan dari jin kepada Rasulullah n lalu berkata:  “Wahai Muhammad! laranglah umatmu dari beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan tulang dan kotoran hewan atau arang kayu (dan sesuatu yang telah terbakar dari kayu atau tulang) karena Allahl menjadikannya rejeki  (makanan) untuk kami”. Lalu berkata (Abdullah Ibnu  Mas’ud): “Maka Nabi n melarangnya.“ (Shahih, HR. Abu Dawud, Baihaqi, dll)
 عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ قُلْتُ لِابْنِ مَسْعُودٍ هَلْ صَحِبَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ مِنْكُمْ أَحَدٌ فَقَالَ مَا صَحِبَهُ مِنَّا أَحَدٌ وَلَكِنَّا قَدْ فَقَدْنَاهُ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقُلْنَا اغْتِيلَ اسْتُطِيرَ مَا فَعَلَ قَالَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا كَانَ فِي وَجْهِ الصُّبْحِ أَوْ قَالَ فِي السَّحَرِ إِذَا نَحْنُ بِهِ يَجِيءُ مِنْ قِبَلِ حِرَاءَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَكَرُوا الَّذِي كَانُوا فِيهِ فَقَالَ إِنَّهُ أَتَانِي دَاعِي الْجِنِّ فَأَتَيْتُهُمْ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمْ قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانِي آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ قَالَ   قَالَ ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ قَالَ عَامِرٌ فَسَأَلُوهُ لَيْلَتَئِذٍ الزَّادَ وَكَانُوا مِنْ جِنِّ الْجَزِيرَةِ فَقَالَ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِي أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا كَانَ عَلَيْهِ لَحْمًا وَكُلُّ بَعْرَةٍ أَوْ رَوْثَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ فَلَا تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنْ الْجِنِّ
“Dari Alqomah a berkata: “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud a, apakah ada dari kalian yang menemani Rasulullah n pada malam jin (pembacaan Al-Qur’an kepada jin), dia menjawab: “Tidak menemaninya seseorang dari kami,  akan tetapi kami kehilangan beliau pada suatu malam,  kamipun berseru: “Beliau hilang dan lenyap, apa yang beliau kerjakan?”. Maka kamipun tidur dengan sejelek-jelek malam,  yang bermalam padanya suatu kaum. Ketika pagi hari tiba atau pada waktu sahur,  serentak beliau mendatangi kami dari arah Gua Hira .
Kami berseru: “Ya Rasulullah..!“ Lalu menyebutkan kisah mereka.
Lantas beliau n menjawab: “Mendatangiku da’i dari jin,  lalu akupun menemui mereka dan menbacakan untuk mereka Al-Qur’an.”Kemudian beliau mengajak kami dan menunjukkan bekas-bekas mereka dan bekas api mereka.
Berkata Ibnu Abi Zaidah dari ‘Amir: “Mereka meminta Rasululloh n bekal dan mereka para jin dari Jazirah.”
Lalu beliau n berkata: “Untuk kalian setiap tulang yang disebut padanya nama Allah, (tulang tersebut) akan penuh dengan daging apabila sudah ditangan kalian,  dan setiap kotoran hewan itu akan menjadi makanan untuk hewan kalian.
Maka janganlah kalian beristinja’ dengan keduanya karena keduanya itu adalah bekal untuk saudara kalian dari para jin.” (HR. Ahmad, Baihaqi,  dll. Berkata Asy-Syaikh Syuaib Al-Arnaud Al-Hindiy: ”Sanadnya  shahih dengan syarat Muslim,  para perawinya adalah perawi shahihain,  selain Dawud bin Abi Hindi,  perawinya Imam Muslim.“)

Dengan demikian,  masihkah kita sebagai seorang muslim percaya dengan hal-hal tersebut yang tidak jelas asal muasalnyadan dari mana datangnya, melainkan hanya ucapan: “Katanya dan katanya, atau kata orang tua dulu.” Lebih tua orang tua mereka atau Nabi kita?

Bangunlah dari tidur kalian wahai kaum muslimin, pelajari agama kalian dan tinggalkanlah budaya-budaya kesyirikan ini.

7. TKK Pengaman Kampung 

Untuk mencapai Tingkat Purwa, seorang Pramuka harus : 
1.                  Dapat membuat kentogan dan menerangkan kepada masyarakat sedikitnya tentang pentingnya kentongan sebagai tanda-tanda bahaya, berikut tanda-tandanya. 
2.                  Membantu dan sedikitnya tiga kali melakukan ronda malam di kampung / desanya. 
Untuk mencapai Tingkat Madya, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Pengamanan Kampung / Desa Tingkat Purwa. 
2.                  Telah membuat laporan atau melaporkan suatu peristiwa tindak Pidana yang terjadi di kampung / desanya kepada yang berwajib. 
3.                  Pernah membantu tugas keamanan dalam upacara, keramaian, pesta, atau di masjid yang merada di kampung / desanya. 
4.                  Mengamankan tempat atau lokasi kejadian untuk barang-barang bukti.
Untuk mencapai Tingkat Utama, seorang Pramuka harus : 
1.                  Telah memenuhi SKK Pengaman Kampung / Desa Tingkat Madya. 
2.                  Pernah menjalankan latihan olahraga beladiri. 
3.                  Mengenal pokok-pokok tentang menjalankan penyelidikan dengan sidik jari. 
4.                  Mengetahui perbedaan tugas pokok polisi, jaksa, dan hakim. 
5.                  Pernah membuat sket tentang suatu kejadian / peristiwa tindak pidana.
Tadi itu adalah cara untuk mendapatkan tkk pengamana kampong
PENTINGNYA STABILITAS KEAMANAN DALAM ISLAM
Oleh
Syaikh Dr Muhammad Musa Alu Nashr
Stabilitas keamanan sangat erat hubungannya dengan keimanan. Ketika keimanan lenyap, niscaya keamanan akan tergoncang. Dua unsur ini saling mendukung. Allah Azza wa Jalla berfirman.
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan dengan kezhaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” [al-An’am/6 : 82]
Allah Azza wa Jalla memberikan jaminan kepada orang yang mengimani bahwa Allah adalah Rabbnya. Islam adalah agamanya dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabiNya. Allah Azza wa Jalla memberikan jaminan akan memelihara keamanan serta keimanannya dan menetapkan hidayah baginya. Mereka itulah, insan-insan yang memperoleh keamanan serta mendapatkan hidayah dariNya.
Bagaimana mungkin seorang muslim dapat melaksanakan amalan sesuai dengan tuntunan petunjuk, jika ia merasa takut. Begitu pentingnya, sampai-sampai Nabi Ibrahim Alaihissallam memohon kepada Allah curahan keamanan sebelum meminta kemudahan rizki. Sebab orang yang didera rasa takut, tidak akan bisa menikmati lezatnya makan dan minum. Allah Azza wa Jalla menceritakan permohonan Nabi Ibrahim Alaihissallam dalam firman-Nya.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri aman sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.[al-Baqarah/2 : 126]
Secara eksplisit, beliau mendahulukan permohonan keamanan daripada permohonan rizki. Dari sini, generasi Salaf telah memaklumi betapa mahal nilai keamanan. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar telah memberikan anugerah besar kepada bangsa Arab, (yaitu) dengan menjadikan tanah mereka sebagai tanah haram (suci), membebaskan mereka dari rasa ketakutan, memberi makan mereka dari kelaparan. Allah Azza wa Jalla berfirman.
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ﴿٣﴾الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Maka hendaklah mereka menyembah Rabb pemilik rumah ini (Ka’bah) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. [Quraisy/106 : 3-4]
Orang-orang yang meneriakan slogan untuk mewujudkan keamanan tanpa mengusung nilai-nilai Islam, tidak akan berhasil. Stabilitas keamanan hanya akan tercipta dengan kembali ke syari’at Islam, menegakkan hukum-hukum Islam dan mengaplikasikan etika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam sebuah ayat, Allah menjanjikan orang-orang yang beriman -yang mengamalkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah- untuk menggantikan rasa takut mereka dengan curahan rasa aman. Ingatlah janji Allah pasti terlaksana.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia akan menjadikan mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang diridhaiNya untuk mereka dan Dia benar-benar akan mengganti (keadaan) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. [an-Nur/24 : 55]